Karena waktu yang terbatas, kami memutuskan untuk menyudahi tour kami di Keraton Kasepuhan Cirebon. Untuk mengisi waktu sebelum istirahat di Hotel, kami memutuskan untuk mengunjungi Pusat Grosir Batik Trusmi yang terkenal itu. Outlet batik Trusmi ini lumayan besar, ada juga foodcourt disebelahnya (sayangnya not recommend for culinary enthusiast. Hanya untuk ganjal perut sekedarnya saja...). Batik Trusmi tentunya sudah tidak asing lagi di telinga penggemar batik, warna yang cenderung cerah cocok dengan karakter masyarakat pesisir yang apa adanya (sok teuuu.. hehehe). Motif yang cukup terkenal adalah motif Mega Mendung, yakni gambaran awan berarak. Motif dan warna batik Trusmi yang cerah cocok buat kawan-kawan yang berjiwa muda dan ceria,
Trusmi! It works!...
Dinner Time....
Yah apalagi? jalan-jalan ga lengkap tanpa makan-makan!
Yang akrab dengan Cirebon, pastinya akrab juga sama Sega Jamblang alias Nasi Jamblang, Empal Gentong, Mie Koclok, Bebek Kuali dan macam-macam makanan lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Sayangnya karena ruang gerak terbatas dan tentunya waktu juga sudah mulai malam, kami hanya bisa mencoba Nasi Jamblang dan Empal Gentong sahaja... Nasi Jamblang ini mirip nasi rames, sekepal nasi di atas daun jati dengan macam-macam lauk (sambal goreng, tahu sayur, paru-paru (pusu), semur hati atau daging, perkedel, sate kentang, telur dadar/telur goreng, telur masak sambal goreng, semur ikan, ikan asin, tahu dan tempe) yang disajikan prasmanan . Ini sebenarnya konsepnya mirip fastfood a'la Indonesia, merk-nya pun macam-macam ada nasi jamblang Mang Dul, Ibu Nur, Putra Pa' Gendut, dan lain-lain. Masalah rasa, terserah selera pembaca. Tapi tolong pastikan nasi jamblang anda produksi dalam negeri, karena saya curiga Amerika mulai masuk persaingan nasi Jamblang dengan merek dagang Mang Donal dan Kang FC. hehehe.. Nasi Jamblang juga punya banyak cerita, dari asal-usul nama Nasi Jamblang, cara penyajian hingga bungkus daun jati yang unik.
"...Nyai Pulung ( Ny. Tan Piauw Lun ) yang pertama kali menjual Nasi Jamblang pada tahun 1907 M. Ada salah satu shohibul hikayat bahwa penjual Nasi Jamblang berjualan dibawah pohon Jamblang ( Duwet; orang Cirebon mengatakan ), namun juga lokasi dimana Ny. Pulung berjualan Nasi Jamblang tersebut betul-betul di daerah Jamblang, yaitu sebelah barat toko Cengkang atau sebelah utara jalan raya Jamblang yang sekarang masuk Desa Jamblang Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon."
Cerita lengkapnya boleh sampeyan baca di tulisan rida sampurna tentang nasi jamblang.
Sedangkan Empal Gentong, rasa dan penampilannya mirip soto betawi, potongan empal/daging dengan kuah santan yang gurih. Bisa pakai nasi atau pakai lontong juga boleh yang ga boleh itu pakai pegang tangan sama yang punya rumah makan. Rasanya? Enak.. Gambarnya mana? Lupa :D (ini kayaknya penyakit stupid tourist-nya kumat, kalau makanan sudah tersaji pasti lupa ngambil kamera. Langsung tancap gas sampai tandas...). Nama empal gentong sendiri memang identik dengan cara memasaknya yang menggunakan kuali atau gentong. Memasaknya juga ga main-main, butuh waktu lebih dari 10 jam! Memakannya hanya butuh waktu kurang dari 10 menit (ga nanya ya bro?...). Sedangkan sebutan empal ternyata bukan dendeng atau empal yang saya bayangkan. Istilah empal bagi masyarakat cirebon merujuk ke gulai. Ooo... Pantesan mirip soto.. hehehe. Kalau mau panjang lebar tentang Empal Gentong bisa dibaca disini ya mas bro dan mbak sist...
Okelah pembaca, kalau sudah ditutup dengan Dinner, tentunya ditutup juga warungnya. Karena besok akan melanjutkan perjalanan ke Brass Regency alias Kabupaten Kuningan.
See you on the next journey, have a great day every body...